
PURWOREJO(Jaringan Arwira Media Group)- Kejadian bencana alam yang beruntun diawal bulan Juni 2022 perlu diwaspadai. Sejak Selasa sore 31 Mei 2022 hingga pagi harinya hujan deras yang mengguyur di wilayah Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah mengakibatkan banjir di beberapa desa di Kecamatan Bagelen dan Kecamatan Bayan (Purworejo iNews.id, Rabu 1 Juni 2022).
Tepat satu pekan kemudian kembali hujan yang disertai dengan angin kencang mengakibatkan puluhan hektar tanaman padi siap panen milik petani di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah roboh (Info Purworejo.com Rabu 8 Juni 2022). Bahkan disepanjang bulan ini hampir tiap hari turun hujan layaknya musim hujan, padahal secara normal bulan Juni sudah tidak ada hari hujan.
Menurut pengakuan petani mereka terpaksa memanen padinya dalam keadaan belum waktunya panen, sebab tidak mungkin menunggu sampai padi siap panen dengan membiarkan keadaan tanaman roboh rata dengan tanah. Kondisi tanaman padi kalau sudah demikian dipastikan tidak dapat diharapkan lagi panen normal, diperkirakan yang dapat dibawa pulang kurang lebih 50 %.
Menurut peneliti klimatologi di Pusat Riset Iklim dan Atmosfe Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ema Yulihastin bahwa potensi banjir yang merebak sepanjang musim kemarau pada tahun ini dapat diketahui sejak Maret 2022 (Anwar Siswadi, Tempo,Co,. Senin 23 Mei 2022). Selanjutnya dikatakan bahwa Pulau Jawa mengalami Kemarau Basah hingga tanpa Kemarau. Beberapa daerah di Pulau Jawa seperti Jakarta, Bogor, Pangandaran, Kulon Progo dan Kendal mengalami banjir. Peningkatan hujan yang kedua, ketiga dan seterusnya dapat terus terjadi di bebagai wilayah di Indonesia. Potensi itu seiring dengan anomali iklim global berupa fenomena anomaly negaif Indian Ocean Dipole (IOD) yang diprediksi oleh berbagai model iklim global dunia akan mencapai maksimum pada bulan Agustus 2022.
Jika prediksi para ahli ini terbukti benar maka Musim Tanam ke 3 (MT3) yang biasa ditanami dengan tanaman palawija kemungkinan juga akan mengalami kegagalan, sebab MT3 biasa dimulai pada bulan Juli. Kondisi hujan yang terus menerus ini biasanya juga akan mengundang banyak hama dan penyakit tanaman. Khususnya yang perlu diwaspadai adalah ledakan hama wereng dan penyakit hawar daun/kresek. Kedua jenis organisme penggangu tanaman (OPT) tersebut memang menyukai suasana kelembaban udara yang tinggi dan kerugian yang ditimbulkannyapun dapat mencapai lebih dari 50 %.
Kegagalan panen MT2 dan ancaman gagal panen di MT3 dapat menjadi ancaman yang serius terhadap ketahanan pangan. Ketahanan pangan adalah suatu kondisi ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Hal ini tentu saja cukup mengkhawatirkan bagi keluarga-keluarga petani gurem dan buruh tani di pedesaan terdampak.(SUTOYO/ Direktur BUM Desa Pituruh, Purworejo)
Related Posts
Eko Wiratno Pendiri EWRC Indonesia Hadiri Pengukuhan Mahasiswa Baru Polbangtan YOMA.
Pendiri EWRC Indonesia Hadiri Malam Tirakatan di Griya Bumi Boyolali.
Daftar Yang Belum Melunasi Buku Bumdes atas Nama Ibu Wilujeng Hesti Timurtiyanti Alamat Tlahab Lor, Karangreja, Purbalingga. Kurang Rp. 600.000,00. Sejak Maret 2022 sudah tidak ada kabar lagi!
Kedatangan Tamu Istimewa Bapak Erry Setyo Prabowo asal Klaten di Griya Bumi Boyolali.
Daftar Yang Belum Melunasin Buku Bumdes atas Nama Ibu Wilujeng Hesti Timurtiyanti Alamat Tlahab Lor, Karangreja, Purbalingga. Kurang Rp. 600.000,00. Sejak Maret 2022 sudah tidak ada kabar lagi!
No Responses