Penulis : Efrita Yanti , Dr. Risman Bustaman, M.Ag
Institut Agama Islam Negeri Batusangkar
Korespondensi: Jl. Sudirman No.137 Kuburajo, Limakaum, Batusangkar, Sumatera Barat
e-mail: efrita.yanti30@gmail.com
Dalam Islam pemimpin disebut dengan khalifah. Kahalifah (Ar: khalifah adalah wakil, pengganti atau duta). Sedangkan secara istilah khalifah adalah orang yang bertugas menegakkan syariat Allah SWT, memimpin kaum muslimin untuk menyempurnakan penyebaran syariat Islam dan memberlakukan kepada seluruh kaum muslimin secara wajib, sebagai pengganti kepemimpinan Rasulullah SAW.
Kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan seseorang yang menduduki jabatan sebagai pimpinan suatu kerja untuk memperngaruhi prilaku orang lain, terutama bawahannya untuk berpikir dan bertindak sedemikian rupa sehingga melalui perilaku yang positif, ia memberikan subangsih nyata dalam pencapaian tujuan lembaga sekolah.
Seperti firman Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an melalui surah Al-Baqarah ayat 247 yang Artinya:
Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” Nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa”
Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan suatu lembaga atau organisasi, karena kepala sekolah merupakan sosok kunci dari sebuah sistem manajemen sekolah. Hal ini memberikan arti bahwa sosok kepala sekolah harus mampu menjaga iklim positif yang ada di sekolah, mendorong pendidik untuk bersemangat meningkatkan kompetensinya, merangkul semua stafnya agar dapt kekerja dengan baik sehingga kondisi lingkungan menjadi nyaman dan yang paling penting peran kepala sekolah adalah dapat mendorong para siswa untuk memilik prestasi yang gemilang. Hal ini semua tidak lepas dari peran kepala sekolah sebagai pemegang otoritas secara formal sebagai pemimpin bagi sekolahnya .
Disamping itu kepemimpinan adalah suatu kekuatan penting dalam rangka pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci untuk seorang manejer yang efektif, yang disertai dengan kewibawaan dan keteladanan dalam semua asfek yang sesuai dengan kandungan surat Al-Basa ayat 1-13.
Manajemen pendidikan di sekolah menurut surat Al -basa ayat 1- 13
BUNYI DAN ARTI SURAH ‘ABASA : 1-13
Ayat 1
وَتَوَلّٰٓى عَبَسَ
‘Abasa wa tawallaa.
Dia (Muhammad) berwajah masam dan berpaling,
ayat 2
الۡاَعۡمٰىؕ جَآءَهُ اَنۡ
An jaa-ahul ‘a-maa
karena seorang buta telah datang kepadanya (Abdullah bin Ummi Maktum).
ayat 3
يَزَّكّٰٓى لَعَلَّهٗ يُدۡرِيۡكَ وَمَا
Wa maa yudriika la’allahu yaz zakkaa.
Dan tahukah engkau (Muhammad) barangkali dia ingin menyucikan dirinya (dari dosa),
ayat 4
اَوۡ يَذَّكَّرُ فَتَنۡفَعَهُ الذِّكۡرٰىؕ
Au yaz zak karu fatanfa ‘ahuz zikraa.
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?
Tafsir
ayat 5
اَمَّا مَنِ اسۡتَغۡنٰى
Amma manis taghnaa
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup (pembesar-pembesar Quraisy),
ayat 6
فَاَنۡتَ لَهٗ تَصَدّٰىؕ
Fa-anta lahu tasaddaa
maka engkau (Muhammad) memberi perhatian kepadanya
ayat 7
وَمَا عَلَيۡكَ اَلَّا يَزَّكّٰٓى
Wa ma ‘alaika allaa yaz zakka.
padahal tidak ada (cela) atasmu kalau dia tidak menyucikan diri (beriman).
ayat 8
وَاَمَّا مَنۡ جَآءَكَ يَسۡعٰى
Wa amma man jaa-aka yas’a
Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),
ayat 9
وَهُوَ يَخۡشٰى
Wahuwa yakhshaa,
sedang dia takut (kepada Allah),
ayat 10
فَاَنۡتَ عَنۡهُ تَلَهّٰى
Fa-anta ‘anhu talah haa.
engkau (Muhammad) malah mengabaikannya.
ayat 11
كَلَّاۤ اِنَّهَا تَذۡكِرَةٌ
Kalla innaha tazkirah
Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh, (ajaran-ajaran Allah) itu suatu peringatan,
ayat 12
فَمَنۡ شَآءَ ذَكَرَهٗۘ
Faman shaa a zakarah
maka barangsiapa menghendaki, tentulah dia akan memperhatikannya,
ayat 13
فِىۡ صُحُفٍ مُّكَرَّمَةٍ
Fi suhufim mukar rama,
di dalam kitab-kitab yang dimuliakan (di sisi Allah)
Kepemimpinan dalam konsep al-Qur’an disebutkan dengan istilah Imamah, pemimpin dengan istilah imam. Al-Qur’an mengkaitkan kepemimpinan dengan hidayah dan pemberian petunjuk pada kebenaran. Seorang pemimpin tidak boleh melakukan kezaliman, dan tidak pernah melakukan kezaliman dalam segala tingkat kezaliman: kezaliman dalam keilmuan dan perbuatan, kezaliman dalam mengambil keputusan dan aplikasinya.
Kepemimpinan diidentikkan pula dengan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini adalah, Pertama; kepemimpinan melibatkan orang lain baik itu bawahan maupun pengikut. Kedua; kepemimpinan melibatkan pendistribusiankekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang. Ketiga; adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya (Maimunah dalam )
Sebagai wujud kesempurnaan, manusia diciptakan oleh Allah swt memiliki dua tugas dan tanggung jawab besar. Pertama, sebagai seorang hamba (‘abdullah) yang berkewajiban untuk beribadah sebagai bentuk tanggung jawab ubudiyyah terhadap Tuhan sebagai pencipta. Kedua, sebagai khalifatullah yang memiliki jabatan ilahiyah sebagai pengganti Allah swt dalam mengurus seluruh alam. Dengan kata lain, manusia sebagai khalifah berkewajiban untuk menciptakan kedamaian, melakukan perbaikan, dan tidak membuat kerusakan, baik untuk dirinya maupun untuk makhluk yang lain (Masniati, Bashori,). Pemimpin dalam pandangan al-Qur’an sebenarnya adalah pilihan Allah SWT, bukan pilihan dan kesepakatan manusia sebagaimana yang dipahami dan dijadikan pijakan oleh umumnya umat Islam. Pilihan manusia membuka pintu yang lebar untuk memasuki kesalahan dan kedzaliman. Selaperbuatan dosa, kemaksiatan dan kedzaliman. Hal ini telah banyak terbukti dalam sepanjang sejarah manusia.
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu yang mesti menyenangkan, tetapi merupakan tanggung jawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya
CIRI-CIRI PEMIMPIM MENURUT ISLAM
Pemimpin dalam Islam mempunyai beberapa ciri-ciri, diantaranya: a) Niat yang ikhlas; b)Laki-laki; c) Tidak meminta jabatan; d) Berpegang dan konsistan pada hukum Allah; d) Senentiasa ada ketika diperlukan; e) Menasehati rakyat; f) Tidak menerima hadiah; g) Mencari pemimpin yang baik; h) Lemah lembut; i) Tidak meragukan rakyat; j) Terbuka untuk menerima idea dan kritikan.
LAYANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS: DARI PENDIDIKAN EKSKLUSI KE INKLUSI
Sudah bukan rahasia lagi bahwa di tengah-tengah kita, ada sebagian anak yang memiliki kondisi yang berbeda dari anak pada umumnya. Bahwa ada yang terlahir ke dunia ini dengan kondisi di bawah ataupun di atas kondisi anak-anak pada umumnya. Sebagian orang menyebutnya dengan anak dengan keterbatasan, anak berkebutuhan khusus, ataupun ada juga yang menyebutnya anak cacat. Semua sebutan itu ditujukan untuk membuat pembeda, bahwa mereka tidak sama.
Anak luar biasa adalah istilah inklusi yang merujuk pada anak-anak yang menunjukan perilaku yang berbeda dari anak pada umumnya, bisa saja di bawah atau di atas kondisi normal, untuk itu program pendidikan spesial ditujukan. Istilah anak luar biasa juga termasuk kepada anak yang memiliki intelektual bawaan lahir dan bisa juga untuk anak-anak dengan keterbelakangan. Pengertian anak luar biasa menurut Heward dan Orlansky terdengar lebih manusiawi dan merepresentasikan semua perbedaan dari anak berkebutuhan khusus dari anak pada umumnya.
Semua orang sadar bahwa anak-anak dengan kondisi tersebut, yang dapat kita sebut dengan anak berkebutuhan khusus, juga memiliki hak untuk mengejar kebahagiaannya sendiri. Sebagaimana disebutkan dalam deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat yang menyatakan bahwa setiap individu memiliki hak untuk kehidupan, kemerdekaan, dan mengejar kebahagiaannya sendiri. Kesadaran inillah yang mendorong adanya gerakan untuk menuntut kesamaan hak terhadap orang-orang berkebutuhan khusus
Peran utama kepala sekolah sebagai pemimpin Pendidikan adalah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan peserta didik dapat belajar dengan baik. Kepala sekolah harus mampu menciptakan situsi belajar mengajar yang baik. Dengan memeneg segala layanan terhadap semua siswa sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sekolah merasa perlu adanya penanganan khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus dengan memisahkannya di kelas khusus. Umumnya, jumlah anak dalam kelas ini lebih sedikit dari kelas umum. Mengingat jumlah anaknya lebih sedikit, maka pembelajaran dalam kelas ini menjadi lebih individual dan khusus. Dengan konsep ini, anak berkebutuhan khusus ditempatkan dalam ruangan yang memungkinkan anak mendapatkan perlakuan khusus yang diatur dan direncanakan untuk individual. Aktifitas anak di dalamnya akan memungkinkan mereka untuk meningkatkan kemampuan mereka dengan lebih baik dibanding di kelasnya sebelumnya.
Tujuannya pada saat itu adalah, bahwa anak-anak berkebutuhan khusus yang dikelompokan dalam kelas/sekolah yang terpisah dapat mendapatkan penanganan dari guru dan metode penanganan yang khusus pula. Atas dasar tujuan tersebut, maka menjadi hal yang lumrah untuk memisahkan anak berkebutuhan khusus dari anak normal di kelas. Namun, tanpa disadari, upaya pemisahan ini memiliki dampak besar, bukan hanya sesederhana memisahkan anak berkebutuhan khusus dalam kelas/sekolah yang khusus namun berdampak menjadi upaya pemisahan orang berkebutuhan khusus dari orang-orang normal dalam lingkungan masyarakat.
Peraturan mengatur bahwa anak berkebutuhan khusus dapat belajar dalam lingkungan belajar dengan sedikit batasan, atau disebut least restrictive environment (LRE). Lingkungan belajar dengan sedikit batasan memungkinkan anak berkebutuhan khusus untuk dipertemukan dan dekat dengan anak-anak normal pada umumnya di sekolah reguler (iklusi
IMPLEMENTASI SURAT ABASA 1-13 DALAL MEMIMPIN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM
a. Memberikan Penghargaan Yang Sama
Yang dimaksud dengan memberikan penghargaan yang sama di sini adalah dengan tidak membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lainnya.
b. Tidak Berfikir Negatif Terhadap Orang Lain
Berfikir negatif/prasangka dalam istilah sehari-hari dipahami sebagai pendapat atau anggapan kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui (menyaksikan dan menyelidiki) sendiri Muslim tidak dibenarkan meyakini dan mempercayai sesuatu yang didasarkan pada prasangka.
c. Bersikap Cermat dan Berhati-hati dalam Mengambil Suatu Tindakan
Dalam kamus umum bahasa Indonesia cermat adalah seksama, teliti dengan penuh minat (perhatian), serta tidak tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan. Allah tidak menyukai makhluknya yang bekerja/bertindak dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Bersikap cermat dan berhati-hati di dalam mengambil suatu tindakan terkandung di dalam surat „Abasa ayat 5-10.
Dalam Manajemen Pendidikan Islam seorang kepala sekolah dalam memimpin sekolah ini harus menerapkan kepada siapapun yaitu anggota organisasi tersebut tanpa membedakan kedudukan kekayaan maupun yang lainnya. Penanaman konsep-konsep surat abasa ayat 1-13 harus ditingkatkan dan dijaga dalam mencapai Visi dan misi berorganisasi.
Related Posts
.
Penerbit Buku Berkwalitas , “Penerbit Marjinal” Yogyakarta. Hub 081 567 898 354
Ratno Susanto Bos RSG asal Malang Sampaikan Selamat, Penerbit Marjinal Resmi Berdiri di Kota Pelajar Yogyakarta!
Eko Wiratno[Pendiri EWRC Indonesia] : 5 Provinsi dengan Jumlah Perguruan Tinggi Terbanyak di Tanah Air.
Pro Kontra Permendikbud Ristek Nomor 44 Tahun 2024
No Responses