Boyolali- COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO. Hal ini menyebabkan pelayanan kesehatan balita di Pos Pelayanan Terpadu(Posyandu)sempat terhenti sebagain bahkan secara keseluruhan. Pelayanan kesehatan balita didalamnya meliputi pemantauan pertumbuhan, perkembangan, pemberian kapsul vitamin A hingga Pemberian Makanan Tambahan (PMT).
Mengingat pentingnya peran posyandu untuk balita, Kegiatan Kuliah Kerja Nyata Universitas Boyolali tahun 2021 yang dilaksanakan oleh Vegi Lestari dengan Dosen Pembimbing Lapangan Dr. Adhiputro Pangarso W, SH., M.H yang di laksanakan di Dukuh Bedug Kulon, Desa sidomulyo, Kecamatan Ampel, Kabupeten Boyolali memiliki program yaitu pengadaan kembali kegiatan posyandu di masa pandemi Covid 19. Pemerintah Desa Sidomulyo Kecamatan Ampel yang di damping oleh ibu Yuyun Ida Purwanti, AMd.Keb selaku bidan desa membuka kembali kegiatan posyandu yang rutin di laksanakan setiap bulannya untuk memantau pertumbuhan balita sebagai bagian dari program pencegahan stunting .
Pemantauan tumbuh kembang balita sangat penting dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui perkembangan sekaligus mengidentifikasi adanya gangguan pertumbuhan sejak dini.
Di masa Pandemi Covid 19 yang terjadi saat ini banyak mengubah kebiasaan dalam masyarakat. Dengan di adakannya posyandu diharapkan para balita dapat Pemantauan tumbuh kembangnya. Akan tetapi pelaksanaanya kegiatan posyandu balita di masa pandemi Covid 19 harus tetap menerapkan protokol kesehatan dengan menjaga jarak dan memakai masker.
Data akhir 2019, terdapat 298.058 Posyandu dan baru 65,42% yang aktif. Angka ini masih jauh dari target nasional yaitu 80%. Pada 2020, cakupan diperkirakan turun karena di masa pandemi kegiatan Posyandu sebagian besar dihentikan.
Aturan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) juga menjadi penyebab terbatasnya bahkan tidak adanya pelayanan di Posyandu demi menghindari terjadinya kerumunan orang karena berpotensi terhadap terjadinya penularan. Vakumnya pelayanan di Posyandu sementara berdampak pada tidak terpantaunya kondisi ibu hamil dan balita yang merupakan kelompok rentan. Imbasnya, pemantauan perkembangan balita pun tertunda.
Menurut Kementerian Kesehatan, langkah awal yang paling penting untuk mendapatkan anak yang sehat dan cerdas adalah dengan pemenuhan gizi pada anak sejak dini, yaitu saat masih dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun atau yang dikenal dengan 1.000 hari pertama kehidupan. Makanan selama periode tersebut dapat mempengaruhi fungsi intelektual, memori, konsentrasi dan emosi anak di kemudian hari.
Posyandu yang terletak pada daerah zona merah, zona oranye, dan zona kuning tidak dapat melakukan kegiatan hari buka Posyandu. Meski demikian, tetap melakukan fungsi penggerakan agar masyarakat melakukan kegiatan utama yaitu kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, keluarga berencana, serta peningkatan perilaku hidup sehat dan kegiatan tambahan. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara mandiri, janji temu kunjungan rumah, atau janji temu di fasilitas pelayanan kesehatan yang harus melakukan konsultasi atau pemeriksaan langsung dengan tenaga kesehatan.
Kegiatan lain yang tidak kalah penting adalah melaksanakan surveilans kesehatan berbasis masyarakat di Posyandu. Hasil surveilans akan sangat membantu dalam menyusun intervensi kegiatan di masa pandemi di wilayah kerja Posyandu karena dapat menjadi data dasar dalam mengubah perilaku masyarakat yang tentu harus dikerjakan bersama dengan Satuan Tugas di wilayah desa/kecamatan/RW/RT.
Related Posts
Eko Wiratno[Pendiri EWRC Indonesia] : 5 Provinsi dengan Jumlah Perguruan Tinggi Terbanyak di Tanah Air.
Pro Kontra Permendikbud Ristek Nomor 44 Tahun 2024
Ariya Konsultan : Berikut Contoh Kerangka Skripsi
Berikut Jenis Buku yang Tidak Memerlukan ISBN, Simak Ulasan Berikut ini!
Ariya Konsultan : Trik Jitu Belajar Coding untuk Mengolah Data
No Responses