Muda, cerdas, lugas, dan kekinian. Inilah sosok ekonom milenial, Bhima Yudhistira Adhinegara, yang memilih berkarier dengan berbagi opini dan keahliannya untuk bangsa di Institute for Development on Economic (Indef).
Bagi kamu yang mengikuti perkembangan berita seputar ekonomi, tentu tidak asing lagi dengan sosoknya. Ekonom milenial jebolan Universitas Gadjah Mada (UGM) ini membagikan resepnya untuk sukses berkarier menjadi ekonom.
Nah, bagi kamu yang bercita-cita ingin berkarier jadi ekonom, bisa wara-wiri di televisi dan opini banyak dikutip sana-sini, ada cara jitu yang bisa kamu tiru. Apa saja itu?
Berikut tips sukses jadi ekonom dari hasil wawancara Cermati.com bersama Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara, baru-baru ini.
1. Bisa diceritakan perjalanan karier Anda awal mula terjun di dunia ekonom?
Pertama kali terjun dimulai sejak SMA memang suka sekali membaca dan menulis berbagai artikel. Dilanjutkan saat mahasiswa mengikuti proyek-proyek penilitian dosen kampus (UGM).
Karena minat yang besar soal bidang ekonomi, sampai buat satu perpustakaan sendiri khusus menyimpan buku-buku masterpice ekonomi dunia. Dari Adam Smith, hingga Keyness (Ekonom Inggris, John Maynard Keyness) lengkap.
2. Kenapa tertarik menjadi ekonom?
Salah satunya karena saya suka sekali dengan data. Dari buku-buku yang dibaca, lalu dibuat penelitian kemudian didiskusikan. Ada proses yang menantang.
Ekonom di Indonesia memang bukan profesi yang “wah” sekali setara bankir, pialang, saham, atau profesi lain. Tapi bisa berbagi ide tentang update ekonomi terbaru, strateginya, kebijakan makro yang berpengaruh ke jutaan rakyat Indonesia itu yang menarik.
Saya selalu bandingkan ekonom dengan dokter. Kalau dokter dalam 1 jam dia bisa selamatkan nyawa 1 pasien. Sementara ekonom buat kebijakan 1 jam, dia bisa selamatkan jutaan nyawa manusia atau sebaliknya membunuh jutaan lainnya.
Jadi, profesi ini (ekonom) punya tanggung jawa berat.
3. Kelebihan dan kekurangan jadi ekonom itu apa? Enaknya di mana? Apakah gaji besar?
Kelebihannya profesi ekonom di Indonesia masih belum banyak, sebagian berafiliasi ke pemerintah atau perbankan. Saya memilih jadi ekonom yang independen, bisa berkreasi dan berpikir bebas tanpa perlu absensi rutin di kantor juga.
Kekurangannya, soal gaji relatif, yang jelas ekonom sering tidak dipahami orang banyak. Biasanya sering tertukar dengan politisi karena keseringan muncul di TV.
Jenjang karier ekonom juga bisa dikatakan sudah paling tinggi. Ada ekonom yang menjabat sebagai Menteri, ya dia disebut ekonom juga. Pensiun dari kampus juga tetap digelari ekonom. Beda dengan karyawan kantoran, ada jenjang dari level bawah sampai atas.
4. Tantangan dan kendala jadi ekonom apa?
Tantangannya soal data. Di Indonesia ini yang namanya data berserakan dari berbagai sumber. Tapi banyak juga data yang tidak valid, misalnya data soal produksi dan permintaan beras. Akhirnya mencari data yang valid harus survei sendiri dan makan biaya mahal.
Tantangan lain adalah kaderisasi ekonom di Indonesia masih sulit. Kampus memang gudangnya peneliti muda, tapi banyak juga yang ditinggal oleh dosennya sebab si dosen kebanyakan proyek akhirnya lupa meng-kader generasi muda.
5. Sosok yang menginspirasi Anda untuk jadi ekonom siapa? Dan alasan mengidolakannya apa?
Saya sangat hormat dengan Pak Faisal Basri, tahan godaan uang dan pikirannya lurus. Kalau di luar negeri saya fans berat Yanis Varoufakis, ekonom sekaligus mantan menteri keuangan Yunani yang tegas menolak bantuan IMF saat krisis Eropa.
6. Harapan atau apa yang masih ingin dikejar lagi?
Saya cuma mau melanjutkan perjuangan para senior ekonom generasi 90an, yakni melakukan kaderisasi bibit-bibit ekonom muda secara masif. Maka dari itu saya selalu sempatkan waktu luang main ke kampus mengisi seminar-seminar dan diskusi dengan anak-anak muda.
Mereka harapan bangsa. Saya punya cita-cita kembali ke kampus suatu saat nanti. Kerja pengabdian, tidak digaji juga tidak masalah.
7. Tips-tips untuk jadi ekonom apa? Mulai dari pendidikan hingga gaya hidup itu harus seperti apa?
- Tipsnya rajin membaca buku-buku berkaitan dengan tren ekonomi yang paling update, misalnya soal industri 4.0, financial technology, big data analysis.
- Sempatkan waktu untuk berdiskusi dengan para ekonom senior, bisa lewat seminar atau diskusi. Minta nasihat dan arahan dari mereka.
- Yang terakhir tetap punya prinsip, berpihak pada rakyat Indonesia. Jangan tergoda dengan pendapatan atau gaji yang tinggi. Jika idealisme dijaga, rezeki akan datang dengan sendirinya. Be humble, be wise.
Menjadi ekonom yang hasil penelitian serta opininya berguna bagi kehidupan khalayak masyarakat tentu memberikan kebanggaan tersendiri. Selain membekali diri dengan berbagai ilmu, juga membuat hidup akan terasa semakin bermakna.
Tak ubahnya apa yang telah dilakukan dan diperjuangkan Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara, pria kelahiran Pamekasan, 3 November 1989 yang kini pandangannya di kancah perekonomian Tanah Air semakin diperhitungkan. Untuk menjadi seorang ekonom sukses, ada upaya nyata dan kerja keras untuk mewujudkannya. Kamu pun bisa mengikuti jejaknya dan belajar banyak akan hal itu. Jadikan nyata mimpi dan cita-citamu untuk meniti karier yang kamu pilih.(Sumber : https://www.cermati.com/)
Related Posts
Eko Wiratno[Pendiri EWRC Indonesia] : 5 Provinsi dengan Jumlah Perguruan Tinggi Terbanyak di Tanah Air.
Pro Kontra Permendikbud Ristek Nomor 44 Tahun 2024
Ariya Konsultan : Berikut Contoh Kerangka Skripsi
Berikut Jenis Buku yang Tidak Memerlukan ISBN, Simak Ulasan Berikut ini!
Ariya Konsultan : Trik Jitu Belajar Coding untuk Mengolah Data
No Responses