
Di tengah era distraksi digital, manusia modern semakin akrab dengan suara notifikasi tapi semakin jauh dari suara hati sendiri. Banyak orang merasa kesepian di tengah keramaian, dan ironisnya bukan karena kekurangan teman, tapi karena kurang koneksi yang bermakna.
Lalu muncul satu kegiatan klasik, sunyi, tapi penuh makna: membaca. Bukan sekadar aktivitas untuk “menambah wawasan”, tapi sebuah ruang tenang yang menawarkan sesuatu yang jarang diberikan oleh lingkungan sekitar: kedalaman, kejujuran, dan kebebasan berpikir.
Berikut adalah lima alasan, berdasarkan sudut pandang psikologi, filsafat, dan pengalaman pembaca sepanjang sejarah, mengapa membaca layak disebut sebagai teman yang paling setia.
1. Buku Memberi Ruang Untuk Berdialog Dengan Diri Sendiri
Menurut Mortimer Adler dalam How to Read a Book, membaca bukan hanya menerima isi tulisan, tapi berdebat diam-diam dengan penulisnya.
Inilah bentuk dialog terdalam: bukan melawan orang lain, tapi berdiskusi dengan pikiranmu sendiri.
Saat kamu membaca, kamu pelan-pelan bertanya:
“Aku setuju gak dengan ini?”
“Kenapa dia mikir begitu?”
Dan dari situ, kamu mulai mengenal dirimu yang sebenarnya tanpa gangguan, tanpa interupsi.
2. Buku Adalah Tempat Aman Untuk Menjadi Rentan
Brené Brown dalam bukunya The Gifts of Imperfection menjelaskan bahwa manusia hanya bisa tumbuh saat mereka berani rapuh. Tapi, tidak semua tempat mendukung keberanian itu.
Membaca adalah ruang psikologis yang tidak menghakimi. Kamu bisa menangis di tengah halaman 128, tertawa di paragraf selanjutnya tanpa harus menjelaskan apapun. Buku tidak pernah menuntut kamu untuk selalu terlihat baik-baik saja.
3. Buku Tidak Melelahkanmu Dengan Ego Atau Agenda
Berbeda dengan manusia yang kadang berbicara untuk menang, buku hadir untuk membagikan, bukan menundukkan.
Menurut Neil Postman dalam Amusing Ourselves to Death, membaca memungkinkan terjadinya interaksi satu arah yang mendalam di mana kamu bisa menyerap gagasan, tanpa tekanan untuk membalas.
Ini adalah keintiman yang tenang, tanpa tuntutan balasan. Buku tidak peduli kamu sedang lelah, cuek, atau belum mandi sejak pagi. Ia tetap duduk, terbuka, dan menunggumu.
4. Buku Mempertemukanmu Dengan Perspektif Yang Tak Terjangkau Oleh Lingkunganmu
Melalui buku, kamu bisa memahami pergulatan Viktor Frankl di kamp konsentrasi (dalam Man’s Search for Meaning), menyusuri padang pasir bersama Antoine de Saint-Exupéry, atau menyelami penderitaan Fyodor Dostoyevsky.
Semua itu bisa kamu alami tanpa harus membeli tiket pesawat atau mengalami trauma langsung. Inilah kekuatan literasi: ia memperluas empati, tanpa membuatmu tenggelam dalam penderitaan.
5. Buku Menawarkan Keheningan Yang Menguatkan
Di tengah dunia yang terus mendesak untuk bergerak, buku mengajakmu berhenti dan diam.
Sebuah studi dari University of Sussex (2009) menyatakan bahwa membaca dapat menurunkan stres hingga 68% hanya dalam waktu enam menit.
Bukan meditasi. Bukan tidur. Tapi membaca.
Karena diam-diam, halaman-halaman itu bekerja menenangkan sarafmu, membantumu pulih, dan mengingatkanmu pada dirimu sendiri.
Membaca bukan sekadar kegiatan pintar-pintaran. Ia adalah bentuk pertemanan paling jujur: tidak menuntut, tidak menyela, dan tetap ada bahkan saat kamu tak sanggup bicara.
Dari lima alasan di atas, mana yang paling kamu rasakan selama ini saat membaca?
Profil Penulis Buku
Nama: Fanny Hendro Aryo Putro, S.Sos,. M.I.Kom.
Jabatan: Kaprodi Ilmu Komunikasi Universitas boyolali
Deskripsi:
Kaprodi Ilmu Komunikasi yang berpengalaman dalam mengembangkan kurikulum dan program pendidikan yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan industri. Memiliki minat yang kuat dalam bidang komunikasi digital dan media sosial.
Keahlian:
– Ilmu Komunikasi
– Fotografi
– Sinematografi
– Komunikasi Digital
– Media Sosial
– Strategi Komunikasi
Pengalaman:
– Kaprodi Ilmu Komunikasi di Universitas Boyolali
– Mengembangkan kurikulum dan program pendidikan yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan industri.
Publikasi:
– Perilaku dalam pemanfaatan communication technology pada UMKM di kota Boyolali dengan pendekatan UTAUT
– Mempertahankan Eksistensi Tradisi Tungguk Tembakau melalui Media Sosial
Related Posts
Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka Kunjungi Rowo Jombor Bayat dan Desa Lurik Mlese Cawas
Komunitas Pegiat Literasi “Boyolali Book Club(BBC)” Ikuti Bimtek Literasi Informasi yang di adakan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kabupaten Boyolali
Kenapa Memilih Ariya Konsultan????? Hub 081 567 898 354
Eks Wakil Rektor Universitas Boyolali , Hadiri Promosi Doktor Eko Purbiyanto di Kampus Klaten
Tidak Sempurna di Mata Manusia, Namun Sempurna di Mata Sang Pencipta, Berikut Kisah Mbh Supar Marbot Asal Klaten yang Viral !
No Responses