
Bonus demografi
Menurut Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bonus demografi di Indonesia puncaknya terjadi pada tahun 2030. Bonus demografi yaitu suatu keadaan dimana populasi penduduk yang produktif jauh lebih banyak dibandingkan penduduk yang tidak produktif. Bonus demografi ini berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Untuk mencapai bonus demografi tersebut maka perlu disiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Tantangan besar bangsa Indonesia dalam 10
tahun terakhir yaitu menurunkan angka stunting. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita, akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Masalah keterlambatan tumbuh kembang anak menjadi masalah dunia, terutama di negara-negara berkembang yang menjadi faktor resiko kematian anak. Hampir sepertiga dari anak-anak di bawah usia 5 tahun di negara berkembang mengalami keterlambatan tumbuh kembang. Hal ini menjadi penyebab 14% kematian
anak-anak.
Prevalensi stunting
Prevalensi stunting di Indonesia dari tahun 2013 sampai tahun 2022 digambarkan dalam gafik sebagai berikut:
Gambar 1. Prevalensi stunting di Indonesia tahun 2013 s.d 2021
Sumber: Data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI)
Dilihat dari grafik, kejadian stunting di Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Menurut World Health Organization (WHO), masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap buruk jika prevalensi stunting lebih dari 20 persen. Maka meskipun mengalami penurunan, Presiden Republik Indonesia, Bapak Ir. H. Joko Widodo menargetkan angka stunting pada tahun 2024 turun menjadi 14 persen.
Dampak stunting
Dampak stunting dalam jangka pendek dapat menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang, stunting menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel otak yang bersifat permanen dan menyebabkan penurunan kemampuan menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitasnya saat dewasa sehingga dapat menurunkan daya saing SDM Indonesia. Hal ini yang menjadi alasan mengapa
stunting menjadi ancaman bonus demografi di Indonesia. Dampak bidang ekonomi, stunting dapat menurunkan Produk Domestik Bruto (PDB) 3% per tahun dengan kerugian ekonomi Rp 300 trilliun berdasar data dari Kemenkes RI tahun 2018.
Penyebab stunting
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kejadian stunting pada anak merupakan suatu proses komulatif, yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Proses terjadinya stunting pada anak dan peluang peningkatan stunting terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan. Penyebab stunting dapat secara langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung adalah asupan gizi ibu selama kehamilan maupun asupan gizi anak setelah dilahirkan, adanya penyakit infeksi pada ibu selama kehamilan yang menghambat nutrisi pada janinnya atau penyakit infeksi yang langsung diderita anak. Sedangkan penyebab tidak langsungnya adalah Pendidikan ibu, pengetahuan tentang gizi dan pola asuh anak, pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan, sosial budaya, ekonomi, pelayanan Kesehatan ibu selama kehamilan termasuk pemberian tablet tambah darah dan asam folat selama hamil serta vitamin A setelah melahirkan, akses air bersih dan sanitasi keluarga, dan masih banyak lagi faktor lainnya.
Pola asuh meliputi perilaku kadarzi (kelurga sadar gizi) yaitu penimbangan berat badan rutin di posyandu, praktik pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI), balita yang mulai makan makanan keluarga, garam beryodium yang digunakan oleh keluarga balita, perolehan kapsul Vitamin A pada balita, keluarga balita yang merokok, dan keanekaragaman makanan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa kejadian stunting tidak hanya terjadi pada pedesaan yang karakteristik
masayarakatnya dengan tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi rendah saja namun juga terjadi pada masyarakat perkotaan dengan akses kesehatan yang lebih mudah, tingkat pendidikan dan ekonomi yang lebih tinggi. Faktor penyebab stunting karena kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu yang lama serta terjadinya infeksi berulang. Kedua faktor penyebab ini dipengaruhi oleh pola asuh yang tidak memadai. Masalah sosial dalam pengasuhan anak seperti kurangnya pengetahuan orangtua tentang
pengasuhan anak dan terjadinya peningkatan wanita bekerja di luar rumah sehingga menitipkan anaknya pada anggota keluarga lainnya (kakek, nenek, saudara atau anak lainnya diaggap mampu merawat adiknya), pengasuh ataupun tempat penitipan anak, dan praktik pengasuhan anak yang kurang baik terutama pola asuh pemberian makan.
Kemunculan virus corona di Indonesia pada akhir tahun 2019, semakin banyak kasus positif covid-19 maka pada tanggal 31 Maret 2020, Presiden Joko Widodo melakukan konferensi pers dan mengumumkan kebijakan yang diambil Pemerintah dalam merespon adanya kedaruratan kesehatan dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang diberlakukan mulai bulan April 2020. Setelah PSBB, Pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) pada awal Januari 2021 dan sampai saat ini masih diberlakukan PPKM di beberapa daerah. Dampak positif dari PSBB dan PPKM ini, orangtua lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-anaknya, melaksanakan peran orangtua dalam pengasuhan anak, ibu memberikan perhatian lebih terhadap nutrisi dan gizi keluarga termasuk anak agar memberikan imunitas yang baik sehingga terhindar virus covid-19, memperhatikan perkembangan anak dan memberikan stimulasi kepada anak melalui permainan-permainan yang dilakukan di rumah. Dengan konsumsi makan bergizi dalam keluarga maka dapat meningkatkan status gizi pada anak (BB dan TB) serta stimulasi yangdilakukan orangtua dapat meningkatkan perkembangan anak. Hal ini memberikan dampak terhadap penurunan angka stunting di Indonesia dalam kurun waktu dua tahun terakhir selama terjandinya pandemic covid-19. Pada tahun 2019 angka stunting tercatat 27,67 persen, di tahun 2020 turun menjadi 26,29 persen dan pada tahun 2021 turun lagi menjadi 24,4 persen.
Program pemerintah dalam mempercepat penurunan stunting
Upaya pemerintah dalam mempercepat penurunan stunting penerapan program
gizi sensitif dan spesifik.
Intervensi program gizi sensitif percepatan pencegahan stunting
Jenis intervensi Program atau kegiatan intervensi
1. Peningkatan penyediaan air minum
dan sanitasi
a. Akses air minum yang aman
b. Akses sanitasi yang layak
2. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan gizi serta kesehatan
a. Akses pelayanan KB
b. Akses jaminan Kesehatan (JKN)
c. Akses bantuan uang tunai untuk keluarga
kurang mampu (PKH)
3. Peningkatan kesadaran, komitmen dan praktik pengasuhan dan gizi ibu serta anak
a. Penyebaran informasi melalui berbagai media
b. Menyediaan konseling perubahan perilaku antar pribadi
c. Penyediaan konseling pengasuhan untuk orangtua
d. Penyediaan akses pendidikan anak usia dini (PAUD), promosi stimulasi anak usia dini dan pemantauan tumbuh-kembang anak
e. Penyediaan konseling kesehatan dan reprodukai untuk remaja
f. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
4. Peningkatan akses pangan bergizi
a. Akses bantuan pangan non tunai (BPNT) untuk keluarga kurang mampu
b. Akses fortifikasi bahan pangan utama (garam, tepung terigu, minyak goreng)
c. Akses kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)
d. Penguatan regulasi mengenai label dan iklan pangan
Sumber : Strategi nasional percepatan pencegahan anak kerdil (stunting) periode
2018-2024
Tabel Intervensi program gizi spesifik percepatan pencegahan stunting
Kelompok Sasaran Intervensi Prioritas Intervensi Pendukung Intervensi
Prioritas Sesuai Kondisi Tertentu
Kelompok Sasaran 1.000 HPK
Ibu hamil a. Pemberian makanan
tambahan bagi ibu hamil
dari kelompok miskin/
Kurang Energi Kronik
(KEK)
b. Suplementasi tablet tambah darah
a. Suplementasi kalsium
b. Pemeriksaan kehamilan
a. Perlindungan dari malaria
b. Pencegahan HIV Ibu menyusui dan anak 0-23 bulan
a. Promosi dan konseling menyusui
b. Promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA)
c. Tata laksana gizi buruk
d. Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak kurus
e. Pemantauan dan promosi pertumbuhan
a. Suplementasi kapsul vitamin A
b. Suplementasi taburia
c. Imunisasi
d. Suplementasi zinc untuk pengobatan diare
e. Manajemen terpadu
balita sakit (MTBS)
Pencegahan kecacingan
Kelompok Sasaran Usia Lainnya Remaja putri dan Suplementasi tablet tambah wanita usia subur
(WUS) darah Anak 24-59 bulan
a. Tata laksana gizi buruk
b. Pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak kurus
c. Pemantauan dan promosi pertumbuhan
a. Suplementasi kapsul vitamin A
b. Suplementasi taburia
c. Suplementasi zinc untuk pengobatan diare
d. Manajemen terpadu balita sakit (MTBS)
Pencegahan
kecacingan
Mulai tahun 2022 Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) melalui Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) melakukan percepatan penurunan stunting melalui pendekatan keluarga dengan membentuk satuan tugas percepatan penurunan stunting di tingkat provinsi dan kabupaten atau kota serta perbentuk tim pendmsping keluarga (TPK) yang bergerak pada level teknis di desa dan kelurahan. TPK terdiri dari bidan, kader KB dan kader PKK yang melaksankan pendampingan kepada calon pengantin (catin) sebanyak 2 kali, ibu hamil sebanyak 8 kali, pasca persalinan dan balita di bawah dua tahun masing-masing 2 kali. Pendampingan yang diberikan meliputi penyuluhan, fasilitas pelayanan rujukan dan fasilitas penerimaan program bantuan sosial serta surveilans untuk mendeteksi dini faktor resiko stunting. TPK menjadi garda terdepan dalam percepatan penurunan stunting di desa dan kelurahan.
Peran institusi
Peran institusi pendidikan dalam penurunan sunting melalui kegiatan Tridarma Perguruan Tinggi yaitu, pertama dalam kegiatan pengajaran, kedua penelitian dan ketiga pengabdian kepada masyarakat. Kampus dapat melaksanakan Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), dimana mahasiswa melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat, berupa upaya penurunan stunting dikonversi ke dalam satuan kredit semester (SKS), misalnya mahasiswa dapat ikut berperan dalam
tim pendamping keluarga (TPK). Pelaksanaan penelitian dan pengabdian dosen, semua melibatkan mahasiswa dan diharapakan memiliki dampak dalam percepatan penurunan stunting dengan ikut melaksanakan intervensi program gizi sensitive dan spesifik dengan memberikan penyuluhan, informasi atau konseling tentang pola asuh pemenuhan gizi, stimulasi tumbuh kembang anak, ikut dalam pemantauan tumbuh kembang anak, meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan kegiatan lainnya. Selain dalam kegiatan penelitian dan pengabdian, diharapkan semua dosen dalam institusi pendidikan di bidang kesehatan maupun luar bidang kesehatan dapat memberikan informasi tentang stunting dan upaya percepatan penurunan stunting. Oleh karena mahasiwa sendiri merupakan sasaran dalam pencegahan stunting yaitu remaja atau calon pengantin atau calon orangtua yang nantinya akan melahirkan generasi penerus bangsa.
Referensi
1. Kementrian coordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan republic
Indonesia (Kemenko PMK). 2022. Tim Pendamping Keluarga, Ujung Tombak
Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia. https://www.kemenkopmk.go.id/tim-
pendamping-keluarga-ujung-tombak-percepatan-penurunan-stunting-di-indonesia
2. Kementerian atau Lembaga pelasanaan program atau kegiatan pencegahan anak
kerdil (stunting). Strategi nasional percepatan pencegahan anak kerdil (stunting)
periode 2018-2024.
https://tnp2k.go.id/filemanager/files/Rakornis%202018/Stranas%20Percepatan%20
Pencegahan%20Anak%20Kerdil.pdf
3. Direktorat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM)
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Stunting Ancam Bonus
Demografi. https://p2ptm.kemkes.go.id/tag/stunting-ancam-bonus-demografi.
4. Reynas Abdila. 2019. Kominfo ajak masyarakat turunkan Prevalensi Stunting.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/17436/kominfo-ajak-masyarakat-turunkan-
prevalensi-
stunting/0/sorotan_media#:~:text=Upaya%20pemerintah%20mencegah%20stunting
%20dilakukan,untuk%20meningkatkan%20status%20gizi%20anak.
Related Posts
Kader Kesehatan: Sumber Inspirasi Hidup Sehat Oleh Septiana Juwita Mahasiswa Program Doktoral Penyuluhan Pembangunan / Program Pemberdayaan Masyarakat dengan Peminatan Promosi Kesehatan. Sekolah Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dipundak Agus Irawan dan Dwi Fajar Nirwana Keberlanjutan Pembangunan Boyolali di Pertaruhkan!
Eko Wiratno, Pendiri EWRC Indonesia : Dinamika Pilkada Serentak 2024
AGUSTUS 2023-JULI 2024
ANALISIS BANJIR PROVINSI BENGKULU Oleh: Erli Zainal, SST, M.Keb Dosen STIKes Sapta Bakti Bengkulu/Mahasiswa Progran=m Studi Doktor (S3) Penyuluhan Pembangunan/Pemberdayaan Masyarakat Minat utama Promosi Kesehatan UNS
No Responses