
Sukoharjo(JARINGAN ARWIRA MEDIA GROUP)- Di tengah hiruk pikuk aktivitas dini hari di Pasar Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah nama Haji Kasdiman sudah tak asing lagi di telinga para pedagang dan pembeli. Pria sederhana yang dikenal ramah ini telah menjadi penjual ayam potong sejak tahun 1998, dan hingga kini tetap setia melayani pelanggan setianya dengan kualitas ayam segar setiap hari.
Sejak awal membuka usaha, Kasdiman memulai aktivitasnya setiap pukul 00.00 dini hari. Saat sebagian besar orang masih terlelap, ia sudah bersiap di lapaknya di area selatan Pasar Kartasura. Aktivitasnya dimulai dari menerima pasokan ayam hidup dari peternak lokal pukul 15.00 sore, mulai menyembelih dari jam 20.00-23.00, Jam 00.00 sudah siap dipasar. Rutinitas itu telah ia jalani lebih dari dua dekade dengan penuh ketekunan.
“Sudah biasa begadang, Mas. Pembeli pertama biasanya datang sekitar jam satu pagi,” ujar Haji Kasdiman sambil tersenyum saat ditemui di lapaknya.
Dalam sehari, Kasdiman mampu menjual antara 400 hingga 500 kilogram ayam potong. Jumlah yang luar biasa untuk ukuran pedagang pasar tradisional. Pembelinya datang dari berbagai kalangan — mulai dari pedagang makanan di sekitar Kartasura, penjual nasi liwet, rumah makan, hingga warga biasa yang berbelanja untuk kebutuhan rumah tangga. Banyak pelanggan mengaku memilih ayam potong milik Haji Kasdiman karena kesegarannya dan pelayanan yang cepat.
“Sudah langganan sejak dulu. Ayamnya selalu segar dan timbangannya jujur,” kata Siti, salah satu pembeli yang telah berbelanja di lapak Kasdiman lebih dari 10 tahun.
Keberhasilan Haji Kasdiman menjaga kepercayaan pelanggan tidak datang secara instan. Ia mengaku sempat mengalami masa-masa sulit di awal usaha, terutama saat harga ayam tidak stabil atau ketika pasokan menurun akibat wabah penyakit unggas. Namun, ketekunan dan kejujurannya membuat usahanya tetap bertahan.
“Saya percaya, kalau kita jual yang baik dan jujur, pasti ada rezeki. Jangan tipu pembeli,” ungkapnya. Prinsip itu ia pegang teguh hingga kini.
Selain menjual ayam potong, Kasdiman juga memberi kesempatan kerja bagi beberapa orang di sekitarnya. Ia mempekerjakan tiga hingga lima karyawan yang membantu dalam proses pemotongan dan penjualan.
Rutinitas yang berat tidak membuat Kasdiman mengeluh. Ia justru merasa bersyukur bisa tetap sehat dan produktif hingga kini. Di usianya yang tidak muda lagi, Kasdiman masih aktif memantau langsung setiap proses penjualan. Ia mengatakan, rahasia stamina dan semangatnya adalah niat tulus untuk mencari rezeki halal demi keluarga.
Kini, setelah lebih dari 25 tahun berdagang, lapak ayam potong milik Haji Kasdiman telah menjadi bagian penting dari denyut ekonomi Pasar Kartasura. Banyak pedagang muda menjadikannya panutan karena keberhasilannya menjaga reputasi dengan cara yang sederhana: bekerja keras, jujur, dan disiplin.
Menutup perbincangan, Haji Kasdiman berharap pasar tradisional tetap bisa bertahan di tengah gempuran toko modern dan supermarket. “Selama masih ada yang mau bangun malam dan kerja keras, pasar tradisional tidak akan hilang,” ujarnya mantap.(**)
Related Posts

Ustadz Muslih Ajak Jamaah Teladani Akhlak Nabi Muhammad SAW di Mushola Al Ikhlas Griya Bumi Boyolali

Penampilan Hadroh Ar-Rohman Banyudono Memukau Jamaah di Pengajian Maulid Nabi Mushola Al-Ikhlas Griya Bumi Boyolali
gg

Pertemuan Rutin RT 08 Jiwo Kulon Wedi Klaten: Guyub Rukun Jadi Kekuatan Warga Desa

Membangun Generasi Qur’ani, Mushola Al-Ikhlash Perum Griya Bumi Boyolali Gelar TPQ Perdana


No Responses