
Hartanto Mahasiswa Prodi Akuntansi Bersama Keluarga
BOYOLALI(Jaringan Arwira Media Group)— Senyum sumringah tampak di wajah Hartanto, salah satu wisudawan Universitas Boyolali (UBY) yang baru saja menyelesaikan studi di Program Studi Akuntansi. Putra pasangan Yamto dan Sukanah asal Kecamatan Kemusu, Boyolali itu resmi menyandang gelar Sarjana Akuntansi (S.Akt) dengan predikat sangat memuaskan dengan IPK 3,21.
Di balik toga dan samir yang ia kenakan, tersimpan kisah perjuangan panjang seorang anak desa yang gigih menempuh pendidikan tinggi sambil membantu orang tua di rumah.
Usai prosesi wisuda di Grha Amarta, Kampus Universitas Boyolali, tim JARINGAN ARWIRA MEDIA GROUP berkesempatan berbincang santai dengan Hartanto via Telpon.
Berikut petikan wawancaranya:
🗞️ Jaringan Arwira Media Group (W):
Selamat atas kelulusannya, Hartanto. Apa yang paling Anda rasakan di hari wisuda ini?
🎓 Hartanto (H):
Terima kasih. Rasanya luar biasa. Saya benar-benar terharu karena bisa sampai di titik ini. Lima tahun kuliah bukan waktu yang singkat. Banyak perjuangan, mulai dari masalah biaya, waktu, sampai rasa capek. Tapi hari ini semua terbayar. Ini bukan hanya kebahagiaan saya, tapi juga kebanggaan orang tua.
🗞️ W:
Bisa diceritakan sedikit tentang latar belakang keluarga dan perjalanan kuliah Anda?
🎓 H:
Saya anak pertama dari dua bersaudara. Ayah saya guru swasta, ibu ibu rumah tangga. Kondisi ekonomi keluarga sederhana, tapi orang tua selalu mendukung saya untuk kuliah.
Waktu awal masuk UBY, saya sempat ragu apakah bisa bertahan, tapi orang tua bilang, “Sekolah yang rajin, jangan takut susah.” Itu yang jadi motivasi saya sampai lulus.
Untuk biaya hidup, saya juga sempat kerja paruh waktu — bantu teman di warung Padang. Dari situ saya belajar banyak hal, terutama soal tanggung jawab dan disiplin.
🗞️ W:
Kenapa memilih jurusan Akuntansi?
🎓 H:
Karena saya suka hal-hal yang terukur dan teratur. Dari SMA saya sudah senang dengan pelajaran ekonomi. Akuntansi menurut saya bukan cuma soal angka, tapi soal kejujuran dan ketelitian. Saya ingin punya dasar kuat di bidang keuangan, karena nanti juga ingin terjun ke dunia usaha.
🗞️ W:
Apa pengalaman yang paling berkesan selama kuliah di Universitas Boyolali?
🎓 H:
Banyak, Mas. Salah satunya waktu kami mengadakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa. Saya belajar langsung bagaimana menerapkan teori akuntansi sederhana untuk UMKM di sana.
Kami bantu warung-warung kecil bikin pencatatan kas sederhana supaya mereka tahu untung-rugi. Dari situ saya sadar, ilmu akuntansi bisa sangat bermanfaat kalau diterapkan dengan benar. Di situ saya belajar berkomunikasi, memimpin, dan bekerja sama dengan orang lain. Itu modal besar buat masa depan.
🗞️ W:
Setelah diwisuda, apa langkah pertama yang ingin Anda lakukan?
🎓 H:
Saya ingin buka usaha Warung Makan Padang. Intinya, saya ingin jadi pencipta lapangan kerja, bukan sekadar pencari pekerjaan.
🗞️ W:
Apa motivasi terbesar di balik keinginan Anda untuk jadi pengusaha?
🎓 H:
Saya ingin bermanfaat, Mas. Dari kecil saya melihat banyak teman sebaya di desa yang tidak bisa kuliah karena keterbatasan ekonomi. Saya ingin membuktikan bahwa dengan kerja keras, kita bisa sukses tanpa harus meninggalkan desa.
Kalau saya bisa buka usaha dan mempekerjakan orang lain, berarti saya membantu mereka juga. Bagi saya, itu bentuk syukur yang paling nyata.
🗞️ W:
Bagaimana pandangan Anda soal pesan Kepala LLDIKTI Wilayah VI yang tadi menekankan pentingnya berpikir sistemik dan menciptakan lapangan kerja?
🎓 H:
Saya sangat setuju. Tadi beliau bilang, sarjana harus jadi problem solver, bukan trouble maker. Saya rasa itu benar sekali. Sekarang dunia berubah cepat, jadi kita nggak bisa hanya menunggu kesempatan datang. Kita harus menciptakan kesempatan sendiri. Pendidikan tinggi seharusnya melahirkan orang-orang yang bisa berpikir kreatif dan membantu masyarakat. Saya ingin jadi bagian dari itu.
🗞️ W:
Selama kuliah, apakah pernah terpikir untuk menyerah?
🎓 H:
Pernah, jujur. Waktu semester delapan tinggal skripsi saya hampir berhenti kuliah. Tapi waktu itu dosen pembimbing dan teman-teman banyak memberi semangat. Saya juga sempat kerja sambilan supaya bisa bayar untuk semester sembilan dan sepuluh.
Sekarang kalau ingat masa itu, saya bersyukur tidak menyerah. Karena ternyata perjuangan itulah yang bikin saya kuat dan lebih menghargai proses.
🗞️ W:
Siapa sosok yang paling berperan besar dalam perjalanan Anda hingga bisa lulus?
🎓 H:
Orang tua saya, tanpa ragu. Ayah saya selalu bilang, “Ilmu itu bekal seumur hidup.” Beliau rela kerja keras biar saya bisa kuliah.
Ibu juga selalu mendoakan setiap saya berangkat ke kampus, meski jarak kampus dari rumah 50 km, jadi pergi pulang ya sekitar 100 km. Jadi kalau saya berhasil wisuda hari ini, itu semua karena mereka.
Selain itu, dosen-dosen di UBY juga sangat membantu, Terutama bu Kaprodi Bu Atma yang motivasi nya luar biasa. Bu Atma tidak hanya ngajarin teori, tapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan tanggung jawab dan seluruh dosen dari Prodi Akuntansi semua sangat luar biasa.
🗞️ W:
Terakhir, apa pesan Anda untuk teman-teman mahasiswa lain yang masih berjuang di bangku kuliah?
🎓 H:
Pesan saya sederhana: jangan takut bermimpi besar, tapi mulai dari langkah kecil. Kuliah bukan cuma soal nilai, tapi soal bagaimana kita membentuk mental dan karakter. Kalau gagal, jangan menyerah. Semua orang punya waktu masing-masing untuk berhasil. Dan yang paling penting, jadikan ilmu yang kita dapat bukan cuma untuk diri sendiri, tapi untuk membantu orang lain.(**)
Related Posts

Catatan September 2025,Mengenal dari dekat Pendiri EWRC Indonesia Eko Wiratno

Penerbit Lakeisha Group: Pusat Penerbitan Buku Kreatif, Inovatif, dan Profesional di Indonesia

Direktur Eksekutif EWRC Indonesia Dwi Suci Lestariana: Lulusan AKPN Bahtera Siap Bersaing di Dunia Kerja

Melihat dari dekat Tentang Buku Antologi Oleh: Eko Wiratno (Penerbit Lakeisha Group)

Visi dan Misi Terbentuknya “Perkumpulan Pengusaha, Peneliti, Dosen Republik Indonesia” (P3DRI)

No Responses